Swarna Alor - Dyah Prameswarie

Swarna Alor, tentang cerita perjuangan Lilo dan Mbarep. 

Lilo adalah seorang gadis muda dari Jakarta yang memiliki impian menjadi seorang desaigner profesional. Mbarep, gadis yang berasal dari Jember, Jawa Timur. Mbarep sangat ingin menjadi model yang profesional. 

Lilo dan Mbarep dipertemukan dalam kegiatan peserta magang majalah yang populer, majalah Cantik. 

Kegiatan magang Majalah Cantik ini membuat Lilo dan Mbarep belajar langsung dengan orang - orang yang profesional, kepada model dan juga desainer profesional Fahrani dan juga Dian Pelangi. 



Lilo dan Mbarep sangat antusias sekali, namun begitu mendengar kegiatan magang ini diadakan di luar provinsi yaitu di Alor, mereka menciut dan seakan harapan mereka pupus. 

Meskipun begitu, Lilo & Mbarep tetap berangkat magang di Alor, Alor yang terkenal dengan pantainya nan indah dan juga eksotik. Meskipun mereka merasakan keganjian dan juga keanehan. Dalam hati mereka terbesit tanya, kenapa harus ke Alor? 

Namun, meskipun demikian mereka masih tetap menggantungkan harapannya yaitu magang di Alor. Alor yang terkenal dengan keindahan pantainya. Akan tetapi, ketika sampai di Alor, mereka malah menemukan beberapa keanehan yang ganjil menurut mereka, pertanyaan yang sama pun terlontar kembali. 

"Kenapa harus ke Alor, untuk menjadi model dan juga desainer profesional?" 

Mbarep, harus puas hanya dengan melihat seniornya berpose depan kamera, sedangkan Lilo sibuk bersama mama Sariat menangkap Teripang dan mengumpulkan buah Tongke. Aneh bukan? Apakah menjadi model hanya melihat seniornya berpose? Atau untuk menjadi seorang desainer haruskah menangkap Teripang dan buang Tongke? Aduh, aneh. 

Meski dirasa aneh dan ganjil. Mbarep dan Lilo tetap melaksanakan kegiatan dengan baik. Mbarep mulai belajar foto di bawah air laut, buat Mbarep ini sih enteng soalnya kan dia suka menyelam. Akan tetapi, Mbarep pingsan karena tidak kuat dengan kedinginan air laut. 

Magang menjadi model majalah cantik sia - sia, Mbarep merasa salah menilai. Lilo masih saja merasa aneh dengan kegiatan orang di Alor yang membuat warna kain tenun dengan Teripang. Sampai terpikir untuk melaporkan ke anggota Green World yang berujung mama Sariat diculik dan hampir dibunuh oleh Samara dan anggota Green World lainnya. Ckckk, ternyata, Green World ini hanyalah topeng untuk mereka yang berniat mengambil untung dengan merusak alam, bukan menjaga alam seperti yang Lilo ketahui. 

Lilo sangat menyesali perbuatannya dan langsung bergegas menolong pak Libana, ditemani Mbarep dan Juan. Mereka pun hampir saja lenyap nyawanya karena bertemu dengan petinggi Green World, namun akhirnya mereka masih bisa selamat dan pulang bersama pak Libana. 

Judul                            : Swarna Alor

Penulis                          : Dyah Prameswarie

Editor                           : Ferrial Pondrafi

Penerbit                       : Metamind-Tiga Serangkai

Tahun Terbit                : Cetakan I, Mei 2015

Jumlah Halaman          : 282 halaman

ISBN                           :  978-602-72097-9-4


Lilo akhirnya sadar, bahwa membuat warna kain dengan teripang itu lebih baik dibandingkan menggunakan bahan kimia yang justru membuat alam menjadi rusak. Lilo pun akhirnya belajar seputar kain tenun Alor untuk desain baju yang akan ia pamerkan  di Swarna Festival nanti. 

Hasil karya Lilo, digunakan Mbarep justru mendapatkan banyak sekali pujian bahkan dari Kementrian Indonesia, dari Indonesian Fashion Week dan dari Dian Pelangi juga, bahagianya Lilo. 

Lilo dan Mbarep pun akhirnya bisa menjadi model dan desainer yang bakalan tampil dan menampilkan karya kerennya di acara Indonesian Fashion Week. 

Perjalanan ini bukan tanpa rintangan, selama di Alor Lilo & Mbarep berkorban dan berjuang, karena memang kesuksesan tidak ada jika tidak ada pengorbanan dan perjuangan. 



With love,


Tian lustiana 




Posting Komentar

0 Komentar