Kim ji Yeoung 1982

Ada yang pernah nonton film Korea Kim Ji Yeoung Born 1982? Awalnya saya nonton film ini karena Gong Yoo, tapi ternyata isi filmnya memang bagus. Temanya seputar feminisme & patriarki plus isu sosial yang memang ternyata ada juga dibudaya kita.

Namun pada postingan ini saya tidak akan review filmnya, tapi mau review bukunya.

Tentang latar belakang keluarga yang menganut sistem patriarki

Ji Yeoung adalah anak tengah dari tiga saudara, Ji Yeoung memiliki kakak perempuan dan adik laki - laki, usianya terpaut lima tahun darinya. Ji Yeoung lahir ketika keluarganya berharap memiliki anak laki - laki. Dan yang terlahir adalah Ji Yeoung, seorang perempuan. Ibunya  meminta maaf sama mertuanya karena melahirkan anak perempuan, lagi. Jujur, saya merasa gimana gitu ketika melahirkan anak perempuan dan harus meminta maaf, anak itu anugerah. Perempuan atau laki - laki, sama saja.  


 
Ji Yeoung dan kakak perempuannya tumbuh menjadi gadis cantik namun mereka tidak mendapatkan perlakuan yang adil di rumahnya. Neneknya sendiri selalu membedakan antara anak laki - laki dan anak perempuan, barang milik adiknya bahkan tidak boleh disentuh kedua kakak perempuannya, aduh kebangetan banget kan? 

Adik laki - laki mereka istimewa, apapun dikhususkan untuk adiknya, sementara kakaknya harus berbagi. Dalam segala urusan, termasuk dalam hal makanan. Namun, Ji Yeoung dan kakaknya terbiasa dengan perlakuan ini. Dalam benak mereka muncul persepsi bahwa " anak perempuan itu harus mengalah " . Ibunya bangga pada kedua anak perempuannya yang tidak pernah merasa iri terhadap adiknya. 

Kebayang kan kalau sampai saat ini perlakuan anak perempuan dan laki - laki dibedakan gitu? 

Bahkan di sekolah, Ji Yeoung pun alami hal dan situasi yang sama, anak laki - laki harus diutamakan dan selalu mendapatkan pembelaan. Ada peristiwa dimana teman sebangku Ji Yeoung mengganggunya , Ji Yeoung merasa tidak nyaman dan melaporkan pada gurunya, namun gurunya malah menyatakan bahwa ji Yeoung harusnya merasa senang karena jika laki - laki bertingkah gitu artinya dia suka, hmmm gak gitu juga kali yah. 

Peristiwa lainnya ketika Ji Yeoung pulang kemalaman dan naik bus sendirian, dia diikuti anak laki - laki dari tempat kursusnya dan Ji Yeoung pun merasa tidak nyaman, tapi malah dikata - katain tidak baik karena menolak. Hmm, jadinya serba salah kan kalau seperti ini? 

Sepanjang hidupnya, Ji Young itu kayak punya self-esteem yang rendah, bukan semata karena budaya patriarki namun juga disalahkan karena apa yang terjadi pada dirinya. 

Duh, kebayang kalau jadi Ji Young. 

Ji Young menikah, hamil dan melahirkan. Ya kodrat perempuan pada umumnya. Ji Young berhenti bekerja dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, dan ternyata dari sinilah awal ia alami depresi. 

Beruntung Ji Young punya suami yang baik dan pengertian, Dae Hyun yang bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji yang lumayan, jadi untuk masalah keuangan mereka aman. 

Suami yang baik, belum tentu dengan keluarganya. Ji Young kerap merasa tidak nyaman ketika berada di tengah keluarga suaminya, serba salah. Ji Young seakan susah mengutarakan apa yang sedang ia rasakan, susah untuk mengeluarkan emosinya. ya memang ini masalahnya, tidak diperlakukan adil sejak kecil, jadinya sulit untuk mengutarakan emosi dan keinginannya. 

Ji Young alami depresi bukan karena sistem patriarki saja, namun juga karena Ji Young pilih diam ketika diperlakukan tidak adil. Dia merasa takut jika mengutarakan pendapatnya. Dalam buku ini saya bisa ambil penilaian tentang para perempuan yang kehilangan suaranya, karena hidup di tengah masyarakat misoginis. 

Penasaran? Gimana akhirnya? Apakah Ji Young sembuh dari depresinya? Bagaimana Ji Young hidup dengan suami dan anaknya plus dengan keluarga suaminya?

Baca sendiri aja yah, biar lebih greget hehe. 



See you, 

Tian lustiana 



Posting Komentar

0 Komentar